Self Talk

Merajam Takdir

Aku rasa

Seperti inilah adanya

Serupa rangkaian cerita tanpa judul

Di mana tak pernah kau tahu awal dan akhirnya

Lalu mengapa masih ada di situ?

Begitu yang kau tanya pada tetesan embun di dini hari yang sunyi itu

Tahukah kau jika embun tidak pernah abadi?

Dia hanya menyapamu sesaat pada fajar yang kelabu

Lalu sirna saat mentari mulai menunjukkan nyala apinya

Namun, tahukah kau juga jika yang tak abadi itulah yang selalu dinanti?

Seperti itulah aku kira

Tapi bukan seperti itu yang bisa kau raba

Layaknya isi hati seorang hawa yang kedalamannya bahkan tak bisa kau jamah

Lalu milik siapa rindu tak berujung ini?

Tak ada si empunya, begitu kau bersikeras

Ini hanyalah secuil perasaan yang kau simpan sendiri

Dan perjalanan itu masih saja terlalui

Belum ada keinginan untuk berhenti

Walau lelah sudah terasa nyeri hingga ulu hati

Jadi, sampai kapan kau akan terus berwisata mimpi?

Nanti, tunggu hingga tak ada yang diingkari

Bertahan hingga tak perlu memungkiri

Setelah itu, pulanglah…

Tautkan asa pada sosok yang terjamah

Bukan bayangan serupa hantu yang sekadar singgah

Karena kau tak perlu merasa lelah, terlebih hingga berdarah-darah…

 

Malang, Mei 2016

2 thoughts on “Merajam Takdir

Leave a comment